Click on a thumbnail to go to Google Books.
Loading... Recto Versoby Dewi "Dee" Lestari
None Loading...
Sign up for LibraryThing to find out whether you'll like this book. No current Talk conversations about this book. no reviews | add a review
11 cerita pendek dan sebelas lagu yang bisa dinikmati secara terpisah maupun bersama-sama. No library descriptions found. |
Current DiscussionsNone
Google Books — Loading... GenresLC ClassificationRatingAverage:
Is this you?Become a LibraryThing Author. |
Buku kumpulan cerpen ini dibuka dengan kisah berjudul “Curhat buat Sahabat”. Mengisahkan tentang persahabatan seorang perempuan dan lelaki yang telah berjalan demikian lama. Saking eratnya persahabatan mereka, ketika sang perempuan jatuh cinta pun, sahabat lelakinya tetap setia mendengarkan. Demikian pula ketika sang perempuan jatuh sakit, hanya sahabat lelakinya yang mau berhujan-hujan membawakan obat untuknya. Sementara lelaki yang dia cintai tak pernah sedikit pun peduli. Di situlah sang perempuan lalu sadar akan cintanya yang telah sia-sia menunggu pangeran yang tak kunjung menaruh perhatian padanya.
Bagi yang pernah mendengar lagunya, kisah “Malaikat Juga Tahu” rasanya sudah tidak asing lagi. Berkisah tentang persahabatan seorang lelaki autis dengan seorang perempuan normal. Suatu kali tibalah waktunya bagi perempuan itu jatuh cinta dan meninggalkan sahabatnya. Tentu saja hal itu menjadi pukulan hebat bagi si lelaki, dan ironisnya, juga menjadi rasa pilu berkepanjangan bagi ibunya.
Kisah “Selamat Ulang Tahun” pendek saja. Hanya dua halaman tak sampai. Menggambarkan kegelisahan seseorang yang menunggu kekasihnya yang saat itu tengah berulang tahun. Kenapa dia belum datang? Padahal biasanya sang kekasih adalah pribadi yang selalu tepat waktu, begitu terencana dan sangat menghargai momentum.
Ketika seseorang yang kita cintai telah tiada, kadang mereka tak benar-benar pergi dari kehidupan kita. Demikian mungkin pesan yang hendak disampaikan kisah “Aku Ada”. Diambil dari sudut pandang seorang perempuan yang telah meninggal dunia, ia begitu ingin meredakan kesedihan kekasihnya bahwa dia tak benar-benar hilang. Bahwa perempuan itu masih ada disampingnya dan berjalan bersamanya di pinggir pantai yang sama.
“Hanya Isyarat” menggambarkan betapa rasa cinta tak selalu ujungnya berakhir pada niatan memiliki secara penuh. Karena ketika berada begitu dekat dengan orang yang dicintai, sang tokoh utama justru merasa tidak begitu nyaman. Ia merasa jauh lebih menyenangkan dengan memandang punggung sosok yang dicintainya, dan duduk tersembunyi diantara gemerlap lampu cafe. Memastikan warna matanya saja, itu sudah cukup.
Jika kata-kata tak mampu meyakinkan sang kekasih, barangkali sebuah pelukan mampu mengungkapkan segalanya dengan lebih baik. Cerpen “Peluk” mencoba mengisahkan keadaan itu. Ketika rasa cinta sang perempuan tak lagi sama. Ketika hubungan mereka terasa begitu datar dan buntu, sang perempuan merasa inilah saatnya untuk mengakhiri semuanya. Hal yang sama sekali tak bisa dipahami kekasihnya, seberapa keras pun sang perempuan mencoba menjelaskan padanya.
“Grow a Day Older” bercerita tentang konflik bathin seorang perempuan akan hubungan tersembunyinya dengan seorang lelaki. Candu cinta itu menyenangkan. Namun jauh di dasar hatinya, ia tahu hubungan itu harus segera dihentikan. Titik itu akhirnya jatuh di hari uang tahun sang lelaki. Ketika perempuan itu mendatangi tempat kerja kekasihnya dan memberikan hadiah terakhir padanya.
Bagaimana jika cintamu ternyata justru segitiga dengan sahabat sendiri? Dan ketika menerima kenyataan bahwa kamu kalah dalam perebutan cinta, apa yang akan kamu lakukan? Dalam kisah “Cicak di Dinding”, seorang pelukis muda jatuh cinta pada seorang perempuan pengagum seni. Sayangnya perempuan itu justru menikah dengan sahabatnya, yang adaah seorang kurator. Sang pelukis pun melukis sejumah cicak di dinding studio perempuan yang dicintainya itu dengan menggunakan cat berpendar. “Untuk menjagamu,” katanya, lalu pergi.
Untuk apa mengetahu hal yang akan terjadi jika ternyata kita tak bisa mengubahnya? Demikian pemikiran yang muncul di benak tokoh utama cerpen ini. Ironi jadi mencapai puncaknya ketika ia merasakan firasat tidak menyenangkan tentang lelaki yang sangat dicintainya. Hujan deras, gemuruh dan badai mengakhiri kisah ini. Membawa pembaca pada tanda tanya besar usai membacanya.
Usai merampungkan karirnya di luar negeri selama 2 tahun, perempuan itu kembali ke tanah air dan pulang ke rumahnya, tempat suami dan anak-anaknya menunggu. Namun perempuan dalam kisah “Tidur” ini merasakan ketidaksiapan yang teramat sangat sehingga ia harus berkeliling dulu. Sebelum akhirnya benar-benar pulang ke rumah, mendapati seluruh keluarganya sedang tertidur.
Dalam “Back to Heaven’s Light”, ketegaran seorang wanita yang ditinggal mati suaminya menjadi fokus cerita. Ketika pidato memorial, wanita itu justru tersenyum kepada hadirin. Ketegarannya itu ternyata malah mengundang tanya sejumlah kerabat. Banyak yang bahkan mengira wanita itu begitu depresi sampai jadi aneh begitu. Belakangan baru wanita itu bicara, bahwa suaminya memang pernah bermimpi buruk sebelumnya. Ia hilang di tengah laut. Tapi kemudian menemukan sebuah cahaya dari langit yang mengantarkannya kembali ke pelukan sang istri.
Cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen ini tak hanya cerdas dalam pengolahan ide cerita. Namun gaya penceritaannya pun sperti ambigu, mengundang pembaca untuk berinterpretasi dengan imajinasinya sendiri. Sehingga tak heran jika dalam beberapa kisah, tiap-tiap pembaca barangkali tidak menangkap esensi yang sama. Sayangnya, kadang karena kerancuan alur dan ketidakjelaskan identitas tokoh, sesekali jadi muncul kerancuan dalam cerita. Jadi, tak khayal seringkali berakhir dengan ketidakpastian dan kurangnya greget. Agak seperti membaca curhat diary. ( )